Sesungguhnya Allah swt telah membekali setiap tubuh manusia
dengan satu kekuatan fitrah (alami) yang bisa digunakan untuk menolak serta
menyembuhkan secara pribadi setiap penyakit yang menyerang dirinya. Kekuatan
tersebut dalam dunia kedokteran dikenal dengan sistem imuniti (daya tahan
tubuh). Ia berfungsi menghalau masuknya berbagai penyakit yang datang dari luar
tubuh baik yang berupa bakteri, virus, atau patogen-patogen luar.
Kekuatan fitrah (imuniti) tersebut bergantung pada 4 faktor
utama yaitu spiritual (kalbu), mental (akal), emosi (nafsu) dan fisikal
(jasmani). Keempat faktor tersebut saling bergantung satu sama lain.
Dari diagram tersebut jelaslah bahwa sesungguhnya faktor
spiritual (rohani, kalbu) memiliki peran paling dominan dalam menumbuhkan
kekuatan fitrah pada diri manusia yaitu sebesar 50%, sementara kekuatan fisikal
hanya 10%. Hal ini didukung oleh penelitian di Barat, bahwa orang yang memiliki
ketabahan dan optimisme tinggi terhadap kesembuhan penyakit yang dideritanya
memiliki peluang sembuh yang jauh lebih besar dibanding dengan orang yang
selalu berkeluh kesah dan pesimis terhadap penyakit yang dideritanya. Sedangkan
peran emosi dan mental disini, lebih dominan kearah keseimbangan hormonal dalam
tubuh. Sebagai contoh:
Apa Yang Terjadi ?
- Saat
makanan menyentuh dinding usus.
- Saat
Anda kehilangan uang sebesar 10 juta rupiah.
- Pada
saat Anda dikejar seekor anjing.
- Pada
saat pesakit mengetahui dia sedang menderita penyakit kanker.
- Bagaimana
pula jika seseorang yang menghadapi tekanan yang berkepanjangan.
Kesemuanya itu akan memberi kesan kepada emosi, rasa hati
dan perangai seseorang yang nantinya berpengaruh pada keseimbangan hormon dalam
tubuh. Jika hormon dikeluarkan berlebihan dan membentuk tindak balas kimia yang
tidak seimbang (Inbalance), maka dapat menyebabkan sistem kekuatan fitrah turun
dan berlakunya penyakit.
Berdasarkan pada pengalaman inilah maka muncul sebuah sistem
pengobatan baru yang dikenal dengan “Perubatan Jawi”. Ia merupakan sebuah
sistem perubatan yang bersifat holistik (menyeluruh) yakni mengobati penyakit
tidak saja dari segi fisik, tetapi juga dari segi spiritual, mental dan
emosionalnya. Istilah ini juga dikenal sebagai THM (Total Health Management)
dimana tujuannya ialah mengembalikan kekuatan fitrah agar tubuh berupaya
menyembuhkan dirinya sendiri (self healing) melalui proses kimia tubuh yang
sangat kompleks.
Tindakan ini termasuk dalam proses yang dikenali sebagai
“cleansing and balancing” yang bermaksud penyucian dan penyeimbangan. Cleansing
ialah tindakan menyapu bersih kotoran dalam tubuh fisikal (jasad), sedangkan
Balancing berusaha agar tindakan hormon dalam tubuh berada dalam keadaan
normal.
Perubatan Jawi
Sejarah Perubatan Jawi
Perubatan Jawi dipelopori oleh Tn. Haji Ismail bin Haji
Ahmad dari Malaysia. Perkataan Jawi diambil dari nama tempat kelahirannya yaitu
Desa Jejawi, satu daerah yang terletak di negeri Perlis, bagian Utara
Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat). Negeri Perlis merupakan suatu negeri
bagian dari Kerajaan Malaysia yang berbatasan langsung dengan negera Thailand.
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad senantiasa mendapatkan
bimbingan dari saudara tertua bapaknya, yaitu seorang pengamal perubatan herba
yang terkenal, bernama Haji Ahmad bin Husein atau dikenal dengan nama Haji Mat
bin Husein atau sering disebut sebagai “Pak Lung”. (Bapak sulung, red.)
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad juga merupakan seorang
lulusan University / Sarjana Strata 1 (S1) dari Universitas Pertanian Malaysia
(UPM) dalam bidang Pertanian (Agricultural). Dengan ditambah pengalaman yang
bertahun-tahun dalam dunia pengobatan herba, serta hasil kunjungan/muhibah,
pelatihan, seminar, workshop serta kursus-kursus lainnya ke berbagai Negara,
telah berhasil mewujudkan satu seni pengubatan (the art of healing) yang
mujarab yang dikenal sebagai Perubatan Jawi.
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad menikah dengan Puan Hajah
Norhayati bin Ahmad pada tahun 1986, dan sejak 2 (dua) tahun dari pernikahannya
itulah Perubatan Jawi mulai dikembangkan dengan menggunakan nama Perubatan
Tradisional Al Wahida yang beralamat di Jl. Mata Ayer No.27, Batu Satu, Perlis,
Malaysia.
Kata JAWI juga merupakan kepanjangan dari:
Jejawi : Nama
sebuah desa di Perlis, Utara Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat), tempat
dimana perubatan tersebut dikembangkan.
Alamiah : Perubatan ini menggunakan bahan-bahan alami sebagai
salah satu sumber pengobatan herba.
Wathan : atau negeri. Artinya menekankan penggunaan bahan-bahan
alamiah yang berasal dari dalam negeri dimana penyakit tersebut terjangkit.
Ilahiah : Meletakkan
unsur-unsur ilahiah (ketuhanan) sebagai sumber pengobatan. Jadi pengobatan itu
bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Sumber Perubatan Jawi
Konsep Perubatan Jawi merupakan konsep perubatan (perawatan)
yang menekankan pada 2 (dua) sumber utama yaitu ilahiah dan alamiah. Perubatan
ini dilandasi oleh sebuah keyakinan yang kuat bahwa hakekat penyembuhan yang
sebenarnya berasal dari Allah swt yang bersifat As-Syafi’ (Maha Pemberi Kesembuhan)
serta ketepatan (kemujaraban) penawar (obat) menjadi pegangan. Sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
“Gunakanlah dua penyembuh : Madu dan Al Qur’an”
(H.R. Ibnu Majah dan Al Hakim)
Ahli herba melihat bahwa Madu itu sebagai sumber alamiah
sedangkan Al Qur’an sebagai sumber ilahiah.
Ilahiah bermakna bahwa segala penyakit yang berlaku adalah
daripada Allah dan Allah pula yang sebenarnya menyembuhkan penyakit tersebut.
Sementara manusia berikhtiar bersungguh-sungguh menggunakan ilmu yang diberikan
Allah kepadanya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Berobatlah kamu, karena sesungguhnya Allah swt menurunkan
penyakit, Dia (Allah swt) juga yang menurunkan obatnya”. (H.R. Ahmad)
Perawatan akan lebih berkesan apabila perawat sendiri
mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah swt. Doa adalah inti Perubatan Jawi.
Tawakal merupakan pelengkap, sementara keberkesanan (kemujaraban) dan ilmu
menjadi azas tindakan:
DOA ILMU TAWAKAL
Dengan demikian sumber ilahiah memberikan keyakinan bahwa
hakekat penyembuhan itu dari Allah swt yang bersifat As Syafi’ (Maha
penyembuh). Pesakit juga didekatkan dengan Allah melalui nasihat dan tuntunan
beribadah dengan benar serta menjauhi sifat-sifat mazmumah (tercela).
Alamiah ialah menggunakan semua sumber alam yang ada di atas
muka bumi ini, seperti tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan hewan. Pengkajian yang
luas kepada bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, kulit, buah,
bunga dan bagian tumbuhan yang lain.
Sumber alamiah menggunakan herba-herba yang terpilih
menggunakan disiplin herba yang teratur. Sejarah mencatat herba telah digunakan
sebagai sumber perubatan sejak berabad-abad tahun yang lalu dan diperkirakan
lebih dari 20.000 spesies herba telah digunakan di seluruh dunia.
Dengan demikian konsep Perubatan Jawi ini sesuai dengan
prinsip-prinsip pengobatan dalam Islam, yaitu:
1. Prinsip
keyakinan, yaitu bahwa yang menyembuhkan adalah Allah swt. Dengan demikian
dalam merawat pesakit (pasien) harus dilakukan dengan ihsan dan sesuai dengan
syari’at Islam (Al Qur’an dan As Sunnah).
2. Menggunakan
obat halal dan thoyyib (baik), serta tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan
yang haram / tercampur bahan yang haram.
3. Prinsip
pengobatan yang tidak membawa mudharat (bahaya). Pengobatan ini tidak
sekali-kali mencacatkan (merusak) tubuh, kecuali keadaannya sangat darurat dan
tidak ada pengobatan lain pada saat itu.
4. Prinsip
pengobatan; tidak berbau tahayul, khurafat dan bid’ah.
5. Prinsip
mencari yang lebih baik, berdasarkan kaedah Islam dan ilmu-ilmu pengobatan.
Mengambil sebab melalui ikhtiar (berusaha) serta tawakal
(berserah diri), juga selalu ikhtiar mencari yang terbaik.
Konsep Kekuatan Fitrah (Vital Force)
Kita telah mengetahui bahwa Allah swt telah membekali
manusia suatu sistem imuniti yang dikenal sebagai kekuatan fitrah. Kekuatan
fitrah tergantung kepada 4 (empat) faktor, yaitu Spiritual (kalbu), Mental
(akal), Emosi (nafsu) dan Fisikal (jasmani). Melalui keempat azas inilah
(holistik) Perubatan Jawi meletakkan kaedah perawatan penyakit. Karena bagi si
pesakit bukan hanya pil, tablet dan suntikan yang diperlukan, tetapi lebih dari
itu yaitu 4 (empat) faktor di atas.
1. Aspek
Spiritual.
Kepada pasien perlu selalu dilakukan pembinaan spiritual
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw, yaitu selalu meletakkan segunung
harapan kepada setiap pesakit bahwa “Likulli dain dawaun” (setiap penyakit
pasti ada obatnya).
Mengeluarkan kekuatan fitrah pesakit melalui kaedah amalan
dzikir. Di antara dzikir yang bisa diamalkan ialah do’a Nabi Yunus as: “La
ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzalimin” (Tiada Tuhan selain
Engkau, sesungguhnya kami termasuk orang yang dzalim).
Seringkali pesakit mengalami stress yang akan menghilangkan
kekuatan fitrah, maka penawar yang digunakan ialah: sabar dan shalat.
2. Aspek
Mental. Mengubah persepsi terhadap penyakit.
Kebanyakan pesakit gagal melihat penyakit sebagai bunga
kasih dari Allah swt. Mereka selalu memikirkan perkara yang hilang daripada
melihat bakinya yang masih ada. Perasaan pemilik mutlak menjadikan mental
mereka lebih parah. Penawar yang paling mujarab ialah meletakkan azas keyakinan
kepada Qadha (ketetapan) dan Qadar (ketentuan) Allah swt yang tinggi.
3. Aspek
Emosi (nafsu).
Salah satu penawar yang paling mujarab untuk mengendalikan
emosi ialah berpuasa. Berpuasa menjadikan emosi seseorang terkendali.
Menghindari makanan seperti daging, ikan berdaging hitam, makanan berasid
merupakan kaedah perawatan yang terbaik.
4. Aspek
Fisikal (jasmani).
Fisikal atau tubuh manusia terjadi dari sumber-sumber yang
halus dan lembut. Penggunaan bahan kimia sintetis menjadikan tubuh menghadapi
tekanan yang maha berat. Berapa banyak kerusakan yang disebabkan oleh obat.
Hanya kehalusan dan kelembutan herba sajalah yang sesuai dengan fisiologi tubuh
manusia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengistirahatkan tubuh adalah
mendapatkan tidur yang berkualitas.
Memahami Sumber Terjadinya Penyakit
Perubatan Jawi memahami bahwa terjadinya sesuatu penyakit
adalah akibat dari campur tangan manusia di alam ini yang bertentangan dengan
keharmonian yang ada. Harmoni artinya keseimbangan mengikuti ilmu (ketentuan)
Allah swt. Dan apabila terjadi perubahan, maka akan menjadikan semuanya turut
berubah.
Penyakit bukan berpunca (bersumber) dari kuman, virus atau
patogen lain, tetapi penyakit berpunca dari kelemahan sistem imuniti (kekuatan
fitrah). Apabila sistem ini lemah atau terganggu, maka mulailah kuman
(bakteri), patogen atau virus menyerang tubuh. “Disease cause germ not germs
cause disease”.
Dalam pandangan Perubatan Jawi, punca (sumber) penyakit
disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu:
1. Toksid
(racun) yang tertimbun dalam tubuh
Apabila tubuh tidak mendapat kandungan nutrien yang cukup
dan pada masa yang sama terjadi pengambilan bahan-bahan kimia yang berlebihan,
seperti bahan pewarna, bahan pengawet, dan lainnya yang tidak diperlukan tubuh
(lihat kembali modul I). Jika tidak disingkirkan oleh tubuh maka seterusnya
akan berkumpul dan merusak sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan melemahnya
sistem imuniti (kekuatan fitrah) sehingga tubuh tidak dapat bertahan apabila
mendapat serangan dari kuman penyakit (patogen dan virus).
2. Ketidakseimbangan
suhu
Menurunnya
suhu badan atau bertambahnya suhu disebabkan sistem pengeluaran urin yang
bermasalah. Lebih terfokus pada melakukan cleansing di ginjal.
3. Ketidakseimbangan
angin
Masalah
autointoksikasi di dalam usus besar dan kemusnahan bakteri berguna serta
kekurangan enzim tubuh.
4. Ketidakseimbangan
pikiran
Hal
ini dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon steroid yang melemahkan sistem
imuniti.
Punca penyakit tersebut bisa diselesaikan dengan herba yang
tepat, yaitu sebagai berikut:
1. Punca
toksid diselesaikan dengan herba yang bisa melakukan proses detoksifikasi.
Herba ini dikenal sebagai program D’Tork
2. Punca
suhu diselesaikan dengan penggunaan herba diuretik, yaitu herba yang bisa
melakukan proses Heat Cleansing. Dikenal sebagai program D’Heat.
3. Punca
angin diselesaikan dengan herba yang bersifat karminatif. Dikenal sebagai
program D’Karm.
Jika pikiran mulai terganggu maka perawatan yang digunakan
adalah melalui pengobatan yang menyeluruh (total healing) atau pendekatan
kerohanian untuk mengembalikan tenaga dalam vital force (kekuatan fitrah) dan
diiringi dengan mengkonsumsi herba-herba pilihan yang banyak mengandung mineral
serta vitamin C mega dosis.
Prinsip-Prinsip
Pengamalan Herba HPA
Pengertian
Herba Obatan (Tumbuhan Obat)
Pada awalnya istilah herba obatan dikaitkan dengan tumbuhan
tidak berkayu, tetapi kini perkataan herba obatan telah merujuk kepada
tumbuh-tumbuhan yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat
digunakan untuk tujuan terapeutik, seperti: Mengkudu (Morinda citrifolia) yang
mengandung morindin sebagai bahan anti kanker; Pegaga (Centela asiatica) yang
mengandung asiaticoside yang berguna untuk masalah kulit dan meningkatkan
pikiran (IQ); dll.
Klasifikasi Herba Obatan
Herba obatan dalam Perubatan Jawi diklasifikasikan
berdasarkan cita rasa dan sifat herba mengikuti tujuan pengubatan, yaitu:
1. Herba
Pahit adalah herba yang melakukan proses detoksifikasi (penghilangan racun)
terutama di hati. Contoh herba pahit adalah Pokok Empedu (Endrogapis
paniculata). Herba pahit perlu disinergikan dengan herba yang mempunyai sifat
melawaskan atau melancarkan pembuangan air besar. Bagi pasien penderita buah
pinggang yang telah menggunakan mesin hemodilisis perlu hati-hati menggunakan
herba jenis ini, karena kesan herba ini akan menjadikan darah beku dalam mesin
sewaktu proses pencucian dilakukan. Pengambilan herba pahit yang berlebihan
akan menjadikan kulit kehilangan rasa.
2. Herba
Dingin (sejuk) artinya herba yang bisa membuang haba (tenaga badan) yang
berlebihan di badan. Biasanya herba-herba ini akan mengeluarkan panas melalui
urin (air kencing). Tindakan ini disebut diuretik yaitu dengan mengeluarkan air
kecil, haba (tenaga) dalam badan akan distabilkan.
Setiap herba diuretik adalah antihipertensi (menurunkan
tekanan darah tinggi) dan memberi kesan anti piretik (penurun panas), anti
peradangan dan anti kanker.
Ciri-ciri kebanyakan herba diuretik diantaranya monokot,
daun selari, akar rambut, berduri (semakin halus duri semakin kuat kesan anti
kankernya). Contohnya: ilalang (Imperata cylindrical), tongkat ali, mempelas,
bayam berduri, petai, jering, belimbing, kopi, dll.
Herba
diuretik sering digunakan untuk memecah batu karang, membersihkan filter
ginjal, demam panas, menurunkan kadar gula dalam darah (jika mengandung
β-sitosterol dan stigma sterol, seperti pada akar ilalang), dll. Pemberian
herba diuretik harus diikuti dengan meminum air yang banyak karena jika air
yang diminum sedikit akan menyebabkan kekurangan air dalam badan (dehidrasi).
3. Herba
Panas ialah herba yang diberikan kepada pesakit yang sejuk (dingin). Kebanyakan
herba panas berasal dari jenis herba yang mempunyai minyak meruap atau asiri
(Cinnamomum iners / teja). Gejala sejuk atau dingin sering dihubungkan dengan
masalah angin dalam tubuh.
Herba Pelawas. Salah satu fokus pengambilan herba adalah
menghilangkan keracunan di dalam gastro usus. Sembelit salah satu implikasi
daripada toksid. Cirit-birit juga menunjukkan toksid yang terlalu tinggi.
Penggunaan serat seperti selulos atau fiber, pektin, morindin dalam mengkudu
menolong menyelesaikan banyak masalah seperti darah tinggi, sembelit, wasir,
kanker, apendisitis, jantung, stroke, penyakit pembuluh darah,
obesitas dan penyakit-penyakit usus seperti divertikulitis, kencing manis, dsb.
Rukun Penyembuhan
Herba akan berkesan (berkhasiat) apabila pengamalannya
memenuhi semua rukun-rukun yang ditentukan. Rukun-rukun herba diambil dari
kisah seseorang yang minta obat kepada Rasulullah saw untuk menyembuhkan sakit
perut. Kemudian Rasulullah saw memberikan madu. Ketika diamalkan, ternyata
tidak sembuh dan bahkan semakin parah. Kemudian diulanginya hingga empat kali.
Baru pada kali keempat orang yang sakit tersebut sembuh. Dengan demikian
pesakit perlu dibimbing agar memenuhi
semua rukun-rukun penyembuhan sehingga mendapatkan kesan (khasiat)
paling optimal dari herba yang dikonsumsi.
Rukun penyembuhan herba terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu:
1. Tawakal
dan keyakinan (tanpa ragu-ragu)
Keyakinan merupakan pintu penyembuhan yang perlu dibuka
terlebih dahulu. Keyakinan akan membangkitkan tenaga dalam (kekuatan fitrah)
yang amat penting untuk membantu mengembalikan sistem imuniti tubuh. Mengambil
herba dalam keadaan tidak yakin akan merupakan usaha yang sia-sia. Simpul kedua
yang harus dibuka dari pesakit adalah mengarahkan rasa cemas dan takut hanya
pada Allah. Dan simpul ketiga yang harus dibuka oleh si pesakit adalah
menumbuhkan dan mengembangkan sikap sabar atas ujian yang diberikan oleh Allah
swt.
2. Amalan
yang berterusan
Artinya kita harus istiqomah dan sabar dalam menantikan
herba yang sedang melakukan perbaikan ke seluruh tubuh (total healing). Apabila
kita menyadari bahwa sumber penyakit datang dari makanan sehari-hari yang
mengandung toksid, maka sudah semestinya mengambil herba menjadi perkara rutin
dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit timbul setelah sekian lama gangguan organ
terjadi. Begitu juga obat memerlukan tempo (waktu lama) untuk menjalani proses
pemulihan sel-sel yang telah rusak.
3. Munculnya
krisis kesembuhan (Healing Crisis)
Krisis kesembuhan adalah tanda-tanda yang menunjukkan herba
sedang bekerja yang dikenal dengan Direction of Cure (DOC). DOC berbeda dengan
alergi dan efek samping (dalam pengobatan konvensional), alergi itu merupakan
reaksi tubuh yang muncul akibat ketidakcocokan tubuh terhadap sesuatu, termasuk
obat-obatan tertentu. Sedangkan efek samping adalah merupakan akibat buruk
sampingan akibat seseorang mengkonsumsi suatu obat.
Di antara tanda-tanda DOC adalah sebagai berikut:
a. Bertambah
keluarnya penyakit. Sering kita jumpai seseorang yang menggunakan herba berlaku
healing crisis, dimana tampak semakin bertambah banyak penyakit yang keluar,
seperti perempuan yang mengalami keputihan, jerawat, dll.
b. Berpindahnya
penyakit dari bagian tertentu ke bagian yang lain. Seperti orang yang menderita
asma setelah mengamalkan herba menunjukkan gatal-gatal di kulit.
c. Terasa
sakit di bagian pinggang dan telapak kaki. Sistem syaraf mempengaruhi keadaan
ini dimana rasa sakit akan terasa seolah-olah berpindah ke bawah terutama di
sekitar pinggang dan langsung ke telapak kaki. Telapak kaki dihubungkan ke
wilayah refleksi bagi perawatan seluruh tubuh.
d. Mengulangi
sejarah kesakitan. Pengulangan symptom /
gejala yang tidak disadari telah keluar di suatu masa dahulu.
4. Dosis
yang mencukupi. Dosis per-hari dalam
mengkonsumsi herba adalah berdasarkan berat badan. Dalam hal ini
perbandingannya adalah 10 kg : 1 gr. Artinya setiap berat badan 10 kg banyaknya
herba yang harus dikonsumsi adalah 1 gr per-harinya. Hal ini sudah termasuk
semua herba yang disinergikan.
Contoh:
Berat
di bawah 40 kg : hanya 1 hingga 2 kapsul saja sehari.
Berat
40 kg ke atas : 2 hingga 4 kapsul sehari sebanyak 2 kali.
Aspek Utama Penggunaan Herba Obatan
Penggunaan herba sebagai bahan obat dalam suatu perawatan
penyakit didasarkan pada 4 (empat) aspek utama yaitu:
1. Keberkesanan
(khasiat)
Berawal dari pemilihan herba, waktu pengambilan (masa petik)
dan pemrosesannya. Herba yang diambil dari tanah berbeda akan memberikan hasil
yang berbeda walaupun herba tersebut memiliki spesies yang sama.
2. Cara
penggunaannya (mengkonsumsi)
Obat-obatan
herba (terutama yang diproduksi oleh Herba Al Wahida) umumnya dikonsumsi dalam
beberapa bentuk, diantaranya: rebusan, kapsul (serbuk atau ekstrak), tablet,
teh uncang, minyak dan balsem.
3. Cara
tindakan (sinergi)
Sinergi atau kombinasi herba dilakukan untuk mendapatkan
kesan (khasiat) penyembuhan yang lebih maksimal. Ini terbukti ketika madu lebah
menjadi penawar bagi segala jenis penyakit. Lebah akan terbang dan menghisap
madu dari bunga ke bunga dan hasilnya satu sinergi yang menakjubkan. Di samping
bahan utama di dalam ramuan tersebut, bahan-bahan lain juga digunakan untuk
tujuan seperti berikut:
- Menambah
potensi (kekuatan) ramuan tersebut.
- Mengurangi
kekerasan obat.
- Mempercepat
kesembuhan.
- Melenyapkan
kesan / efek sampingan / keracunan.
4. Waktu pengamalan
herba
Herba dikonsumsi pada waktu perut kosong dan sebaiknya 30
menit sebelum makan. Pengambilan dalam bentuk rebusan lebih baik jika herba
berasal dari kayu keras. Ini disebabkan proses mendidih akan memecah dinding
sellulose agar kandungan bahan aktif dari herba dapat diserap. Kecuali jika
herba dari jenis bunga, daun atau dari jenis algae (ganggang) yang tidak
mempunyai dinding sellulose seperti Spirulina.
Keseimbangan Mikroflora
Salah satu perkara yang diambil dalam perawatan herba ialah
keseimbangan mikroflora atau mikrobial yang diperlukan oleh tubuh. Kebiasaan
apabila seorang pesakit menghadapi kesakitan yang lama ataupun mengambil
antibiotik, akan berlaku pengurangan mikrob yang diperlukan dalam badannya.
Apabila mikrob yang berada dalam gastrousus mengalami kematian, ia akan
menyebabkan nutrien yang diambil tidak berupaya diserap dan pengambilan zat-zat
makanan menjadi sia-sia. Pengambilan herba-herba tertentu akan mengembalikan
fungsi mikroflora.
Sebab-Sebab Herba Tidak Berkesan
Adakalanya herba yang kita makan tidak berkesan secara
maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Masalah
“mind set”
Keadaan terpaksa dan ragu-ragu menjadikan seseorang yang
sakit sukar untuk diobati. Apalagi jika hal ini diikuti dengan mengkonsumsi
herba yang tidak disiplin dan tidak berkelanjutan sesuai dengan aturan yang
dianjurkan.
b. Tekanan
atau stress
Stress yang berkepanjangan akan menyebabkan tubuh
mengeluarkan bahan kimia tertentu yang menghalangi penyerapan dan tindakan
pengobatan herba.
c. Pengambilan
air yang tidak mencukupi
Air yang kurang juga menyebabkan herba tidak dapat diserap
dengan baik. Karena itu pastikan pasien minum air putih sekurang-kurangnya 2
(dua) liter setiap hari. Terutama jika sedang mengkonsumsi herba diuretik.
d. Penggunaan
yang tidak berkelanjutan
Sebagian herba mempunyai daya kerja yang agak lambat dan
memerlukan jangka waktu tertentu untuk melakukan proses pemulihan. Seorang
pasien perlu bersabar untuk menunggu masa kesembuhan tiba.
e. Pengikatan
dan Pembuangan
Cara pengambilan herba yang salah atau penggunaan herba
bersamaan dengan obat-obatan lain akan membentuk ikatan kimia yang tidak
diuraikan dan terus disingkirkan oleh tubuh.
f. Dosis
yang tidak mencukupi
Dosis yang cukup akan memberikan beberapa isyarat kepada
tubuh (adanya proses DOC - tindak balas/reaksi herba). Jika seseorang
mengkonsumsi herba namun tidak mengalami reaksi tubuh sama sekali berarti dosis
yang digunakan masih belum cukup.
Yang Perlu
Dibantu Dalam Mengkonsumsi Herba
Beberapa
kelompok yang perlu mendapatkan bantuan dalam mengkonsumsi herba. Diantaranya:
a. Orang
yang badannya kurus. Karena biasanya mengalami masalah atau gangguan pada pencernaannya sehingga tidak dapat menyerap
zat-zat makanan yang dikonsumsinya secara baik.
b. Orang
yang sudah tua. Karena organ-organ tubuhnya sudah mulai melemah.
c. Anak-anak.
Organ tubuh pada anak-anak belum terbentuk secara sempurna sehingga daya
serapnya terhadap zat makanan pun belum optimal
Ketiga kelompok tersebut dalam mengkonsumsi herba yaitu
dengan membuka kapsul pembungkusnya. Kemudian masukkan dalam gelas dan tuangkan
air panas (suhu kurang lebih 80°C). Aduk hingga benar-benar rata. Tunggu sampai
dingin kemudian diminum.
Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Perawatan
Beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu perawatan ialah seperti
berikut:
a. Keihklasan
perawat.
b. Pengalaman.
c. Tahap
penyakit.
d. Amalan
berterusan.
e. Keyakinan
pengguna
Seorang herbalis bukan saja mempunyai kepandaian dalam ilmu
herba tetapi juga merupakan seorang ahli psikologi yang dapat merasakan
perasaan dan kesakitan yang diderita orang lain. Percayalah kebahagian yang
diperoleh dari hasil keberhasilan perawatan lebih tinggi nilainya dari uang
rupiah yang kita terima. Satu pesanan yang ditinggalkan “Jadilah kita manusia
yang tahu bersyukur”.
“Sesungguhnya Allah swt telah menurunkan penyakit dan obat,
dan menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu,
berobatlah tetapi jangan berobat dengan yang haram”. (H.R. Abu Daud)