Perubatan Jawi serta Pengamalan Herba HPA

Sesungguhnya Allah swt telah membekali setiap tubuh manusia dengan satu kekuatan fitrah (alami) yang bisa digunakan untuk menolak serta menyembuhkan secara pribadi setiap penyakit yang menyerang dirinya. Kekuatan tersebut dalam dunia kedokteran dikenal dengan sistem imuniti (daya tahan tubuh). Ia berfungsi menghalau masuknya berbagai penyakit yang datang dari luar tubuh baik yang berupa bakteri, virus, atau patogen-patogen luar.
Kekuatan fitrah (imuniti) tersebut bergantung pada 4 faktor utama yaitu spiritual (kalbu), mental (akal), emosi (nafsu) dan fisikal (jasmani). Keempat faktor tersebut saling bergantung satu sama lain.


Dari diagram tersebut jelaslah bahwa sesungguhnya faktor spiritual (rohani, kalbu) memiliki peran paling dominan dalam menumbuhkan kekuatan fitrah pada diri manusia yaitu sebesar 50%, sementara kekuatan fisikal hanya 10%. Hal ini didukung oleh penelitian di Barat, bahwa orang yang memiliki ketabahan dan optimisme tinggi terhadap kesembuhan penyakit yang dideritanya memiliki peluang sembuh yang jauh lebih besar dibanding dengan orang yang selalu berkeluh kesah dan pesimis terhadap penyakit yang dideritanya. Sedangkan peran emosi dan mental disini, lebih dominan kearah keseimbangan hormonal dalam tubuh. Sebagai contoh:
Apa Yang Terjadi ?
-              Saat makanan menyentuh dinding usus.
-              Saat Anda kehilangan uang sebesar 10 juta rupiah.
-              Pada saat Anda dikejar seekor anjing.
-              Pada saat pesakit mengetahui dia sedang menderita penyakit kanker.
-              Bagaimana pula jika seseorang yang menghadapi tekanan yang berkepanjangan.
Kesemuanya itu akan memberi kesan kepada emosi, rasa hati dan perangai seseorang yang nantinya berpengaruh pada keseimbangan hormon dalam tubuh. Jika hormon dikeluarkan berlebihan dan membentuk tindak balas kimia yang tidak seimbang (Inbalance), maka dapat menyebabkan sistem kekuatan fitrah turun dan berlakunya penyakit.
Berdasarkan pada pengalaman inilah maka muncul sebuah sistem pengobatan baru yang dikenal dengan “Perubatan Jawi”. Ia merupakan sebuah sistem perubatan yang bersifat holistik (menyeluruh) yakni mengobati penyakit tidak saja dari segi fisik, tetapi juga dari segi spiritual, mental dan emosionalnya. Istilah ini juga dikenal sebagai THM (Total Health Management) dimana tujuannya ialah mengembalikan kekuatan fitrah agar tubuh berupaya menyembuhkan dirinya sendiri (self healing) melalui proses kimia tubuh yang sangat kompleks.
Tindakan ini termasuk dalam proses yang dikenali sebagai “cleansing and balancing” yang bermaksud penyucian dan penyeimbangan. Cleansing ialah tindakan menyapu bersih kotoran dalam tubuh fisikal (jasad), sedangkan Balancing berusaha agar tindakan hormon dalam tubuh berada dalam keadaan normal.

Perubatan Jawi
Sejarah Perubatan Jawi
Perubatan Jawi dipelopori oleh Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad dari Malaysia. Perkataan Jawi diambil dari nama tempat kelahirannya yaitu Desa Jejawi, satu daerah yang terletak di negeri Perlis, bagian Utara Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat). Negeri Perlis merupakan suatu negeri bagian dari Kerajaan Malaysia yang berbatasan langsung dengan negera Thailand.
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad senantiasa mendapatkan bimbingan dari saudara tertua bapaknya, yaitu seorang pengamal perubatan herba yang terkenal, bernama Haji Ahmad bin Husein atau dikenal dengan nama Haji Mat bin Husein atau sering disebut sebagai “Pak Lung”. (Bapak sulung, red.)
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad juga merupakan seorang lulusan University / Sarjana Strata 1 (S1) dari Universitas Pertanian Malaysia (UPM) dalam bidang Pertanian (Agricultural). Dengan ditambah pengalaman yang bertahun-tahun dalam dunia pengobatan herba, serta hasil kunjungan/muhibah, pelatihan, seminar, workshop serta kursus-kursus lainnya ke berbagai Negara, telah berhasil mewujudkan satu seni pengubatan (the art of healing) yang mujarab yang dikenal sebagai Perubatan Jawi.
Tn. Haji Ismail bin Haji Ahmad menikah dengan Puan Hajah Norhayati bin Ahmad pada tahun 1986, dan sejak 2 (dua) tahun dari pernikahannya itulah Perubatan Jawi mulai dikembangkan dengan menggunakan nama Perubatan Tradisional Al Wahida yang beralamat di Jl. Mata Ayer No.27, Batu Satu, Perlis, Malaysia.
Kata JAWI juga merupakan kepanjangan dari:
                Jejawi   :               Nama sebuah desa di Perlis, Utara Semenanjung Malaysia (Malaysia Barat), tempat dimana perubatan tersebut dikembangkan.
                Alamiah                :               Perubatan ini menggunakan bahan-bahan alami sebagai salah satu sumber pengobatan herba.
                Wathan                :               atau negeri. Artinya menekankan penggunaan bahan-bahan alamiah yang berasal dari dalam negeri dimana penyakit tersebut terjangkit.
                Ilahiah   :               Meletakkan unsur-unsur ilahiah (ketuhanan) sebagai sumber pengobatan. Jadi pengobatan itu bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah.     

Sumber Perubatan Jawi
Konsep Perubatan Jawi merupakan konsep perubatan (perawatan) yang menekankan pada 2 (dua) sumber utama yaitu ilahiah dan alamiah. Perubatan ini dilandasi oleh sebuah keyakinan yang kuat bahwa hakekat penyembuhan yang sebenarnya berasal dari Allah swt yang bersifat As-Syafi’ (Maha Pemberi Kesembuhan) serta ketepatan (kemujaraban) penawar (obat) menjadi pegangan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Gunakanlah dua penyembuh : Madu dan Al Qur’an”
(H.R. Ibnu Majah dan Al Hakim)
Ahli herba melihat bahwa Madu itu sebagai sumber alamiah sedangkan Al Qur’an sebagai sumber ilahiah.
Ilahiah bermakna bahwa segala penyakit yang berlaku adalah daripada Allah dan Allah pula yang sebenarnya menyembuhkan penyakit tersebut. Sementara manusia berikhtiar bersungguh-sungguh menggunakan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
“Berobatlah kamu, karena sesungguhnya Allah swt menurunkan penyakit, Dia (Allah swt) juga yang menurunkan obatnya”. (H.R. Ahmad)
Perawatan akan lebih berkesan apabila perawat sendiri mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah swt. Doa adalah inti Perubatan Jawi. Tawakal merupakan pelengkap, sementara keberkesanan (kemujaraban) dan ilmu menjadi azas tindakan:

DOA                                       ILMU                                         TAWAKAL

Dengan demikian sumber ilahiah memberikan keyakinan bahwa hakekat penyembuhan itu dari Allah swt yang bersifat As Syafi’ (Maha penyembuh). Pesakit juga didekatkan dengan Allah melalui nasihat dan tuntunan beribadah dengan benar serta menjauhi sifat-sifat mazmumah (tercela).
Alamiah ialah menggunakan semua sumber alam yang ada di atas muka bumi ini, seperti tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan hewan. Pengkajian yang luas kepada bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, kulit, buah, bunga dan bagian tumbuhan yang lain.
Sumber alamiah menggunakan herba-herba yang terpilih menggunakan disiplin herba yang teratur. Sejarah mencatat herba telah digunakan sebagai sumber perubatan sejak berabad-abad tahun yang lalu dan diperkirakan lebih dari 20.000 spesies herba telah digunakan di seluruh dunia.
Dengan demikian konsep Perubatan Jawi ini sesuai dengan prinsip-prinsip pengobatan dalam Islam, yaitu:
1.            Prinsip keyakinan, yaitu bahwa yang menyembuhkan adalah Allah swt. Dengan demikian dalam merawat pesakit (pasien) harus dilakukan dengan ihsan dan sesuai dengan syari’at Islam (Al Qur’an dan As Sunnah).
2.            Menggunakan obat halal dan thoyyib (baik), serta tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan yang haram / tercampur bahan yang haram.
3.            Prinsip pengobatan yang tidak membawa mudharat (bahaya). Pengobatan ini tidak sekali-kali mencacatkan (merusak) tubuh, kecuali keadaannya sangat darurat dan tidak ada pengobatan lain pada saat itu.
4.            Prinsip pengobatan; tidak berbau tahayul, khurafat dan bid’ah.
5.            Prinsip mencari yang lebih baik, berdasarkan kaedah Islam dan ilmu-ilmu pengobatan.
Mengambil sebab melalui ikhtiar (berusaha) serta tawakal (berserah diri), juga selalu ikhtiar mencari yang terbaik.

Konsep Kekuatan Fitrah (Vital Force)
Kita telah mengetahui bahwa Allah swt telah membekali manusia suatu sistem imuniti yang dikenal sebagai kekuatan fitrah. Kekuatan fitrah tergantung kepada 4 (empat) faktor, yaitu Spiritual (kalbu), Mental (akal), Emosi (nafsu) dan Fisikal (jasmani). Melalui keempat azas inilah (holistik) Perubatan Jawi meletakkan kaedah perawatan penyakit. Karena bagi si pesakit bukan hanya pil, tablet dan suntikan yang diperlukan, tetapi lebih dari itu yaitu 4 (empat) faktor di atas.
1.            Aspek Spiritual.
Kepada pasien perlu selalu dilakukan pembinaan spiritual sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw, yaitu selalu meletakkan segunung harapan kepada setiap pesakit bahwa “Likulli dain dawaun” (setiap penyakit pasti ada obatnya).
Mengeluarkan kekuatan fitrah pesakit melalui kaedah amalan dzikir. Di antara dzikir yang bisa diamalkan ialah do’a Nabi Yunus as: “La ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzalimin” (Tiada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya kami termasuk orang yang dzalim).
Seringkali pesakit mengalami stress yang akan menghilangkan kekuatan fitrah, maka penawar yang digunakan ialah: sabar dan shalat.
2.            Aspek Mental. Mengubah persepsi terhadap penyakit.
Kebanyakan pesakit gagal melihat penyakit sebagai bunga kasih dari Allah swt. Mereka selalu memikirkan perkara yang hilang daripada melihat bakinya yang masih ada. Perasaan pemilik mutlak menjadikan mental mereka lebih parah. Penawar yang paling mujarab ialah meletakkan azas keyakinan kepada Qadha (ketetapan) dan Qadar (ketentuan) Allah swt yang tinggi.
3.            Aspek Emosi (nafsu).
Salah satu penawar yang paling mujarab untuk mengendalikan emosi ialah berpuasa. Berpuasa menjadikan emosi seseorang terkendali. Menghindari makanan seperti daging, ikan berdaging hitam, makanan berasid merupakan kaedah perawatan yang terbaik.
4.            Aspek Fisikal (jasmani).
Fisikal atau tubuh manusia terjadi dari sumber-sumber yang halus dan lembut. Penggunaan bahan kimia sintetis menjadikan tubuh menghadapi tekanan yang maha berat. Berapa banyak kerusakan yang disebabkan oleh obat. Hanya kehalusan dan kelembutan herba sajalah yang sesuai dengan fisiologi tubuh manusia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengistirahatkan tubuh adalah mendapatkan tidur yang berkualitas.
Memahami Sumber Terjadinya Penyakit
Perubatan Jawi memahami bahwa terjadinya sesuatu penyakit adalah akibat dari campur tangan manusia di alam ini yang bertentangan dengan keharmonian yang ada. Harmoni artinya keseimbangan mengikuti ilmu (ketentuan) Allah swt. Dan apabila terjadi perubahan, maka akan menjadikan semuanya turut berubah.
Penyakit bukan berpunca (bersumber) dari kuman, virus atau patogen lain, tetapi penyakit berpunca dari kelemahan sistem imuniti (kekuatan fitrah). Apabila sistem ini lemah atau terganggu, maka mulailah kuman (bakteri), patogen atau virus menyerang tubuh. “Disease cause germ not germs cause disease”.
Dalam pandangan Perubatan Jawi, punca (sumber) penyakit disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu:
1.            Toksid (racun) yang tertimbun dalam tubuh
Apabila tubuh tidak mendapat kandungan nutrien yang cukup dan pada masa yang sama terjadi pengambilan bahan-bahan kimia yang berlebihan, seperti bahan pewarna, bahan pengawet, dan lainnya yang tidak diperlukan tubuh (lihat kembali modul I). Jika tidak disingkirkan oleh tubuh maka seterusnya akan berkumpul dan merusak sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan melemahnya sistem imuniti (kekuatan fitrah) sehingga tubuh tidak dapat bertahan apabila mendapat serangan dari kuman penyakit (patogen dan virus).
2.            Ketidakseimbangan suhu
                                Menurunnya suhu badan atau bertambahnya suhu disebabkan sistem pengeluaran urin yang bermasalah. Lebih terfokus pada melakukan cleansing di ginjal.
3.            Ketidakseimbangan angin
                                Masalah autointoksikasi di dalam usus besar dan kemusnahan bakteri berguna serta kekurangan enzim tubuh.
4.            Ketidakseimbangan pikiran
                                Hal ini dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon steroid yang melemahkan sistem imuniti.
Punca penyakit tersebut bisa diselesaikan dengan herba yang tepat, yaitu sebagai berikut:
1.            Punca toksid diselesaikan dengan herba yang bisa melakukan proses detoksifikasi. Herba ini dikenal sebagai program D’Tork
2.            Punca suhu diselesaikan dengan penggunaan herba diuretik, yaitu herba yang bisa melakukan proses Heat Cleansing. Dikenal sebagai program D’Heat.
3.            Punca angin diselesaikan dengan herba yang bersifat karminatif. Dikenal sebagai program D’Karm.
Jika pikiran mulai terganggu maka perawatan yang digunakan adalah melalui pengobatan yang menyeluruh (total healing) atau pendekatan kerohanian untuk mengembalikan tenaga dalam vital force (kekuatan fitrah) dan diiringi dengan mengkonsumsi herba-herba pilihan yang banyak mengandung mineral serta vitamin C mega dosis.
Prinsip-Prinsip Pengamalan Herba HPA
Pengertian Herba Obatan (Tumbuhan Obat)
Pada awalnya istilah herba obatan dikaitkan dengan tumbuhan tidak berkayu, tetapi kini perkataan herba obatan telah merujuk kepada tumbuh-tumbuhan yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat digunakan untuk tujuan terapeutik, seperti: Mengkudu (Morinda citrifolia) yang mengandung morindin sebagai bahan anti kanker; Pegaga (Centela asiatica) yang mengandung asiaticoside yang berguna untuk masalah kulit dan meningkatkan pikiran (IQ); dll.
Klasifikasi Herba Obatan
Herba obatan dalam Perubatan Jawi diklasifikasikan berdasarkan cita rasa dan sifat herba mengikuti tujuan pengubatan, yaitu:
1.            Herba Pahit adalah herba yang melakukan proses detoksifikasi (penghilangan racun) terutama di hati. Contoh herba pahit adalah Pokok Empedu (Endrogapis paniculata). Herba pahit perlu disinergikan dengan herba yang mempunyai sifat melawaskan atau melancarkan pembuangan air besar. Bagi pasien penderita buah pinggang yang telah menggunakan mesin hemodilisis perlu hati-hati menggunakan herba jenis ini, karena kesan herba ini akan menjadikan darah beku dalam mesin sewaktu proses pencucian dilakukan. Pengambilan herba pahit yang berlebihan akan menjadikan kulit kehilangan rasa.
2.            Herba Dingin (sejuk) artinya herba yang bisa membuang haba (tenaga badan) yang berlebihan di badan. Biasanya herba-herba ini akan mengeluarkan panas melalui urin (air kencing). Tindakan ini disebut diuretik yaitu dengan mengeluarkan air kecil, haba (tenaga) dalam badan akan distabilkan.
Setiap herba diuretik adalah antihipertensi (menurunkan tekanan darah tinggi) dan memberi kesan anti piretik (penurun panas), anti peradangan dan anti kanker.
Ciri-ciri kebanyakan herba diuretik diantaranya monokot, daun selari, akar rambut, berduri (semakin halus duri semakin kuat kesan anti kankernya). Contohnya: ilalang (Imperata cylindrical), tongkat ali, mempelas, bayam berduri, petai, jering, belimbing, kopi, dll.
                Herba diuretik sering digunakan untuk memecah batu karang, membersihkan filter ginjal, demam panas, menurunkan kadar gula dalam darah (jika mengandung β-sitosterol dan stigma sterol, seperti pada akar ilalang), dll. Pemberian herba diuretik harus diikuti dengan meminum air yang banyak karena jika air yang diminum sedikit akan menyebabkan kekurangan air dalam badan (dehidrasi).
3.            Herba Panas ialah herba yang diberikan kepada pesakit yang sejuk (dingin). Kebanyakan herba panas berasal dari jenis herba yang mempunyai minyak meruap atau asiri (Cinnamomum iners / teja). Gejala sejuk atau dingin sering dihubungkan dengan masalah angin dalam tubuh.
Herba Pelawas. Salah satu fokus pengambilan herba adalah menghilangkan keracunan di dalam gastro usus. Sembelit salah satu implikasi daripada toksid. Cirit-birit juga menunjukkan toksid yang terlalu tinggi. Penggunaan serat seperti selulos atau fiber, pektin, morindin dalam mengkudu menolong menyelesaikan banyak masalah seperti darah tinggi, sembelit, wasir,
kanker, apendisitis, jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, obesitas dan penyakit-penyakit usus seperti divertikulitis, kencing manis, dsb.

Rukun Penyembuhan
Herba akan berkesan (berkhasiat) apabila pengamalannya memenuhi semua rukun-rukun yang ditentukan. Rukun-rukun herba diambil dari kisah seseorang yang minta obat kepada Rasulullah saw untuk menyembuhkan sakit perut. Kemudian Rasulullah saw memberikan madu. Ketika diamalkan, ternyata tidak sembuh dan bahkan semakin parah. Kemudian diulanginya hingga empat kali. Baru pada kali keempat orang yang sakit tersebut sembuh. Dengan demikian pesakit perlu dibimbing agar memenuhi  semua rukun-rukun penyembuhan sehingga mendapatkan kesan (khasiat) paling optimal dari herba yang dikonsumsi.
Rukun penyembuhan herba terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu:
1.            Tawakal dan keyakinan (tanpa ragu-ragu)
Keyakinan merupakan pintu penyembuhan yang perlu dibuka terlebih dahulu. Keyakinan akan membangkitkan tenaga dalam (kekuatan fitrah) yang amat penting untuk membantu mengembalikan sistem imuniti tubuh. Mengambil herba dalam keadaan tidak yakin akan merupakan usaha yang sia-sia. Simpul kedua yang harus dibuka dari pesakit adalah mengarahkan rasa cemas dan takut hanya pada Allah. Dan simpul ketiga yang harus dibuka oleh si pesakit adalah menumbuhkan dan mengembangkan sikap sabar atas ujian yang diberikan oleh Allah swt.
2.            Amalan yang berterusan
Artinya kita harus istiqomah dan sabar dalam menantikan herba yang sedang melakukan perbaikan ke seluruh tubuh (total healing). Apabila kita menyadari bahwa sumber penyakit datang dari makanan sehari-hari yang mengandung toksid, maka sudah semestinya mengambil herba menjadi perkara rutin dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit timbul setelah sekian lama gangguan organ terjadi. Begitu juga obat memerlukan tempo (waktu lama) untuk menjalani proses pemulihan sel-sel yang telah rusak.  
3.            Munculnya krisis kesembuhan (Healing Crisis)
Krisis kesembuhan adalah tanda-tanda yang menunjukkan herba sedang bekerja yang dikenal dengan Direction of Cure (DOC). DOC berbeda dengan alergi dan efek samping (dalam pengobatan konvensional), alergi itu merupakan reaksi tubuh yang muncul akibat ketidakcocokan tubuh terhadap sesuatu, termasuk obat-obatan tertentu. Sedangkan efek samping adalah merupakan akibat buruk sampingan akibat seseorang mengkonsumsi suatu obat.
Di antara tanda-tanda DOC adalah sebagai berikut:
a.            Bertambah keluarnya penyakit. Sering kita jumpai seseorang yang menggunakan herba berlaku healing crisis, dimana tampak semakin bertambah banyak penyakit yang keluar, seperti perempuan yang mengalami keputihan, jerawat, dll.
b.            Berpindahnya penyakit dari bagian tertentu ke bagian yang lain. Seperti orang yang menderita asma setelah mengamalkan herba menunjukkan gatal-gatal di kulit.
c.             Terasa sakit di bagian pinggang dan telapak kaki. Sistem syaraf mempengaruhi keadaan ini dimana rasa sakit akan terasa seolah-olah berpindah ke bawah terutama di sekitar pinggang dan langsung ke telapak kaki. Telapak kaki dihubungkan ke wilayah refleksi bagi perawatan seluruh tubuh.
d.            Mengulangi sejarah kesakitan.  Pengulangan symptom / gejala yang tidak disadari telah keluar di suatu masa dahulu.
4.            Dosis yang mencukupi.  Dosis per-hari dalam mengkonsumsi herba adalah berdasarkan berat badan. Dalam hal ini perbandingannya adalah 10 kg : 1 gr. Artinya setiap berat badan 10 kg banyaknya herba yang harus dikonsumsi adalah 1 gr per-harinya. Hal ini sudah termasuk semua herba yang disinergikan.
                                Contoh:
                                Berat di bawah 40 kg : hanya 1 hingga 2 kapsul saja sehari.
                                Berat 40 kg ke atas : 2 hingga 4 kapsul sehari sebanyak 2 kali.
Aspek Utama Penggunaan Herba Obatan
Penggunaan herba sebagai bahan obat dalam suatu perawatan penyakit didasarkan pada 4 (empat) aspek utama yaitu:

1.            Keberkesanan (khasiat)
Berawal dari pemilihan herba, waktu pengambilan (masa petik) dan pemrosesannya. Herba yang diambil dari tanah berbeda akan memberikan hasil yang berbeda walaupun herba tersebut memiliki spesies yang sama.
2.            Cara penggunaannya (mengkonsumsi)
                Obat-obatan herba (terutama yang diproduksi oleh Herba Al Wahida) umumnya dikonsumsi dalam beberapa bentuk, diantaranya: rebusan, kapsul (serbuk atau ekstrak), tablet, teh uncang, minyak dan balsem.
3.            Cara tindakan (sinergi)
Sinergi atau kombinasi herba dilakukan untuk mendapatkan kesan (khasiat) penyembuhan yang lebih maksimal. Ini terbukti ketika madu lebah menjadi penawar bagi segala jenis penyakit. Lebah akan terbang dan menghisap madu dari bunga ke bunga dan hasilnya satu sinergi yang menakjubkan. Di samping bahan utama di dalam ramuan tersebut, bahan-bahan lain juga digunakan untuk tujuan seperti berikut:
-              Menambah potensi (kekuatan) ramuan tersebut.
-              Mengurangi kekerasan obat.
-              Mempercepat kesembuhan.
-              Melenyapkan kesan / efek sampingan / keracunan.
4.            Waktu pengamalan herba
Herba dikonsumsi pada waktu perut kosong dan sebaiknya 30 menit sebelum makan. Pengambilan dalam bentuk rebusan lebih baik jika herba berasal dari kayu keras. Ini disebabkan proses mendidih akan memecah dinding sellulose agar kandungan bahan aktif dari herba dapat diserap. Kecuali jika herba dari jenis bunga, daun atau dari jenis algae (ganggang) yang tidak mempunyai dinding sellulose seperti Spirulina.
Keseimbangan Mikroflora
Salah satu perkara yang diambil dalam perawatan herba ialah keseimbangan mikroflora atau mikrobial yang diperlukan oleh tubuh. Kebiasaan apabila seorang pesakit menghadapi kesakitan yang lama ataupun mengambil antibiotik, akan berlaku pengurangan mikrob yang diperlukan dalam badannya. Apabila mikrob yang berada dalam gastrousus mengalami kematian, ia akan menyebabkan nutrien yang diambil tidak berupaya diserap dan pengambilan zat-zat makanan menjadi sia-sia. Pengambilan herba-herba tertentu akan mengembalikan fungsi mikroflora.
Sebab-Sebab Herba Tidak Berkesan
Adakalanya herba yang kita makan tidak berkesan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a.            Masalah “mind set”
Keadaan terpaksa dan ragu-ragu menjadikan seseorang yang sakit sukar untuk diobati. Apalagi jika hal ini diikuti dengan mengkonsumsi herba yang tidak disiplin dan tidak berkelanjutan sesuai dengan aturan yang dianjurkan.
b.            Tekanan atau stress
Stress yang berkepanjangan akan menyebabkan tubuh mengeluarkan bahan kimia tertentu yang menghalangi penyerapan dan tindakan pengobatan herba.
c.             Pengambilan air yang tidak mencukupi
Air yang kurang juga menyebabkan herba tidak dapat diserap dengan baik. Karena itu pastikan pasien minum air putih sekurang-kurangnya 2 (dua) liter setiap hari. Terutama jika sedang mengkonsumsi herba diuretik.
d.            Penggunaan yang tidak berkelanjutan
Sebagian herba mempunyai daya kerja yang agak lambat dan memerlukan jangka waktu tertentu untuk melakukan proses pemulihan. Seorang pasien perlu bersabar untuk menunggu masa kesembuhan tiba.
e.            Pengikatan dan Pembuangan
Cara pengambilan herba yang salah atau penggunaan herba bersamaan dengan obat-obatan lain akan membentuk ikatan kimia yang tidak diuraikan dan terus disingkirkan oleh tubuh.
f.             Dosis yang tidak mencukupi
Dosis yang cukup akan memberikan beberapa isyarat kepada tubuh (adanya proses DOC - tindak balas/reaksi herba). Jika seseorang mengkonsumsi herba namun tidak mengalami reaksi tubuh sama sekali berarti dosis yang digunakan masih belum cukup.

Yang Perlu Dibantu Dalam Mengkonsumsi Herba
Beberapa kelompok yang perlu mendapatkan bantuan dalam mengkonsumsi herba. Diantaranya:
a.            Orang yang badannya kurus. Karena biasanya mengalami masalah atau gangguan pada    pencernaannya sehingga tidak dapat menyerap zat-zat makanan yang dikonsumsinya secara baik.
b.            Orang yang sudah tua. Karena organ-organ tubuhnya sudah mulai melemah.
c.             Anak-anak. Organ tubuh pada anak-anak belum terbentuk secara sempurna sehingga daya serapnya terhadap zat makanan pun belum optimal
Ketiga kelompok tersebut dalam mengkonsumsi herba yaitu dengan membuka kapsul pembungkusnya. Kemudian masukkan dalam gelas dan tuangkan air panas (suhu kurang lebih 80°C). Aduk hingga benar-benar rata. Tunggu sampai dingin kemudian diminum.
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu perawatan ialah seperti berikut:
a.            Keihklasan perawat.
b.            Pengalaman.
c.             Tahap penyakit.
d.            Amalan berterusan.
e.            Keyakinan pengguna
Seorang herbalis bukan saja mempunyai kepandaian dalam ilmu herba tetapi juga merupakan seorang ahli psikologi yang dapat merasakan perasaan dan kesakitan yang diderita orang lain. Percayalah kebahagian yang diperoleh dari hasil keberhasilan perawatan lebih tinggi nilainya dari uang rupiah yang kita terima. Satu pesanan yang ditinggalkan “Jadilah kita manusia yang tahu bersyukur”.

“Sesungguhnya Allah swt telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu, berobatlah tetapi jangan berobat dengan yang haram”. (H.R. Abu Daud)


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com