Dalam
proses mengolah kekuatan olah rasa ilmu kebathinan banyak diproseskan
kegiatan-kegiatan yang panjang dan membosankan, seperti proses puasa
(puasa mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni), menyepi, proses prihatin
dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata, pembacaan amalan / doa olah
rasa ilmu kebathinan, dsb. Seringkali proses-proses tersebut dianggap
hanya sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang
dapat merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang
yang dapat mengukur kekuatan olah rasa ilmu kebathinan yang telah
dicapainya.
Akibatnya, mereka yang mempelajari olah
rasa ilmu kebathinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan
perhatiannya untuk tidak menekuni olah kekuatan olah rasa ilmu
kebathinan, tetapi menekuni ilmu-ilmu olah rasa ilmu kebathinan saja,
seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian (kanuragan), pengasihan,
pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, dsb. Pelajaran ilmu-ilmu itu
memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat
dipraktekkan / dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian
kemudian mereka berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam
saja, termasuk ilmu gaib yang berlatar belakang olah rasa ilmu
kebathinan atau agama dan tenaga dalam. Tujuan dalam mempelajari ilmu
gaib penekanannya merupakan langsung pada hasil yang ingin dicapai,
yakni keberhasilan dalam menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib
tertentu sesuai tujuannya berilmu, bukan untuk mengoptimalkan potensi
diri atau mengolah olah rasa ilmu kebathinan, juga dalam pembelajarannya
tidak diperlukan filosofi-filosofi olah rasa ilmu kebathinan untuk
membentuk kerohanian / olah rasa ilmu kebathinan pelakunya.
Dengan
kata lain, ilmu gaib merupakan jenis ilmu terapan, yakni ilmu yang
tujuan mempelajarinya merupakan untuk langsung bisa mempraktekkan
kegaiban, untuk langsung bisa meproseskan perbuatan-perbuatan gaib,
dengan mengamalkan mantra-mantra atau amalan gaib. Jenis keilmuan ini
tidak dijalani dengan proses olah rasa ilmu kebathinan seperti yang
diproseskan oleh orang-orang olah rasa ilmu kebathinan, walaupun ada
juga prosesnya yang mirip, tapi tidak persis sama. Kebanyakan jenis
keilmuan ini diproseskan orang sebagai jalan pintas untuk bisa cepat
memiliki kemampuan gaib dan langsung mempraktekkannya, dengan hanya
menghapalkan dan mewirid mantra / amalan gaib. Karena tujuannya
merupakan bukan untuk mengolah potensi olah rasa ilmu kebathinan dan
proses yang dijalani juga tidak persis sama dengan proses olah rasa ilmu
kebathinan, maka jenis ilmu gaib dan ilmu khodam ini tidaklah sama
dengan ilmu olah rasa ilmu kebathinan. Kepekaan rasa dan batin, peka
sasmita / wangsit, kekuatan olah rasa ilmu kebathinan / spiritual, dsb,
yang bisa mengantarkan seseorang menjadi mumpuni dalam hal olah rasa
ilmu kebathinan dan kegaiban, linuwih dan waskita, dan kekuatan sukma
yang mampu berkuasa atas roh-roh gaib tanpa perlu bantuan khodam, tidak
akan dicapai dengan menjalani keilmuan ini.
Dalam
keilmuan gaib dan khodam ada juga mantra-mantra seperti dalam ilmu olah
rasa ilmu kebathinan yang terkait dengan pendayagunaan roh sedulur papat
sebagai khodam bagi seseorang. Tetapi ilmu itu hanya akan bekerja jika
sedulur papat seseorang sudah cukup kuat, sehingga bisa menjadi khodam
baginya. Pada masa sekarang kondisi kuatnya sedulur papat itu, sekalipun
seseorang mengikuti perkumpulan olah rasa ilmu kebathinan, kelihatannya
akan sulit dicapai, karena pembelajarannya dan orientasi pesertanya
sudah banyak berubah, tidak lagi berorientasi pada proses memperkuat
olah rasa ilmu kebathinan, tetapi mengarah pada keinginan untuk
menguasai ilmu gaib saja, yang di Jawa bisa mewujud dalam bentuk aliran
ilmu gaib kejawen atau aliran Islam kejawen. Karena itu kegaiban yang
kemudian bekerja bukanlah berasal dari sedulur papatnya, tetapi dari
khodam yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.
Pada
jaman dulu orang mengikuti perkumpulan olah rasa ilmu kebathinan
seperti yang sekarang dikenal seperti Sapto Darmo, Pangestu, dsb, bukan
semata-mata sebagai olah keilmuan olah rasa ilmu kebathinan, tetapi
merupakan proses ketuhanan, sehingga para peserta yang menekuninya bisa
memiliki olah rasa ilmu kebathinan yang kuat. Sedangkan pada masa
sekarang orang sudah menganut agama sendiri-sendiri, sehingga
kepengikutannya dalam perkumpulan-perkumpulan kejawen seperti itu tidak
lagi ditekuni dengan semestinya, bukan lagi menjadi sarana proses
ketuhanan, tetapi mengarah pada keinginan atas keilmuan gaib saja.
Akibatnya para pesertanya tidak lagi memiliki kekuatan olah rasa ilmu
kebathinan yang tinggi seperti yang seharusnya. Karena itu prosesnya
kemudian bukan lagi untuk olah olah rasa ilmu kebathinan, tetapi
mengarah pada keilmuan gaib saja, dan kekuatan gaibnya, walaupun juga
ada menggunakan mantra-mantra sedulur papat, tetapi yang bekerja
bukanlah sedulur papatnya, tetapi merupakan khodam ilmu yang dibekalkan
kepada masing-masing pesertanya.
Orang-orang yang
menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam juga bisa peka rasa dan mengerti
kegaiban, dan memiliki kekuatan gaib, tetapi kebanyakan kadarnya rendah,
hanya akan sama dengan tingkatan dasar dalam olah olah rasa ilmu
kebathinan. Kelebihan utama ilmu gaib dan ilmu khodam merupakan pada
usaha yang lebih mudah dalam mempelajarinya, yakni dengan hanya
menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib saja. Dalam tempo
yang relatif singkat orang akan sudah bisa mempraktekkan kemampuannya
dalam keilmuan gaib dengan hanya mengamalkan amalan dan mantra dan
khodam ilmu yang dibekalkan kepada mereka. Sebenarnya, ilmu gaib dan
ilmu khodam merupakan bagian dari ilmu olah rasa ilmu kebathinan, yakni
bagian dari ilmu olah rasa ilmu kebathinan yang menekankan pada kekuatan
sugesti (disebut ilmu sugesti, yakni praktek ilmu yang menekankan pada
kemampuan bersugesti pada kekuatan pikiran, atau kekuatan mengsugesti
amalan gaib dan mantra dan kekuatan mengsugesti khodamnya).
Dalam
mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan / fokus batin
untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan mantra dan untuk mengsugesti
kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan orang-orang yang menekuni
ilmu gaib dan ilmu khodam merupakan murni untuk keberhasilannya
mempraktekkan keilmuan gaib, bukan dalam rangka olah proses olah rasa
ilmu kebathinan atau spiritual, walaupun berlatar belakangkan olah rasa
ilmu kebathinan atau agama. Ada juga pada masa sekarang perguruan dan
orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan gaib.
Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama dan tenaga dalam, tapi
tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal
ini perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran / perguruan olah
rasa ilmu kebathinan, tetapi tergolong sebagai perguruan silat saja,
atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun berlatar
belakangkan olah rasa ilmu kebathinan atau agama dan tenaga dalam.
Tujuan
utama orang-orang yang menekuni olah rasa ilmu kebathinan merupakan
murni untuk proses olah rasa ilmu kebathinan atau untuk kesaktian
kanuragan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma
mereka yang berasal dari penghayatan olah rasa ilmu kebathinan itu juga
bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada
yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian. Mereka juga menekuni
olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban sukma mereka
disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan keilmuan
mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang tersebut
terutama merupakan berasal dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah
dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti ilmu gaib dan
khodam. Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu
khodam biasanya merupakan murni untuk keberhasilan menguasai /
mempraktekkan keilmuan gaibnya itu, bukan dalam rangka proses olah rasa
ilmu kebathinan dan spiritual.
Dengan demikian ilmu
gaib dan ilmu khodam ini bersifat ilmu terapan yang menekankan pada
keberhasilan prakteknya. Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar
belakang kerohanian atau agama dan tenaga dalam, tetapi kekuatan
keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada
amalan gaib dan mantra dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban
khodamnya. Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan
ini diproseskan pembedaan antara keilmuan yang berdasarkan olah rasa
ilmu kebathinan dan spiritual dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu
khodam. Sekalipun diproseskan pembedaan, secara sepintas perbedaan ilmu
gaib dan ilmu khodam dengan ilmu olah rasa ilmu kebathinan akan
kelihatan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan
karena di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib,
puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah olah rasa ilmu
kebathinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap
sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda. Tetapi ada satu hal
pokok yang menyebabkan keilmuan olah rasa ilmu kebathinan berbeda dengan
yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yakni :
Pada
orang-orang yang menekuni olah olah rasa ilmu kebathinan, sugesti olah
rasa ilmu kebathinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin
sendiri), berupa penghayatan olah rasa ilmu kebathinan yang juga
menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga
proses proses mereka "membangunkan" inner power, yakni kekuatan dari
batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah olah rasa ilmu
kebathinan menjadikan kekuatan sukma dan olah rasa ilmu kebathinan
mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma mereka jelas berbeda
dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni olah rasa ilmu
kebathinan. Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu
khodam, sugesti olah rasa ilmu kebathinan mereka lebih banyak ditujukan
"ke luar", yakni difokuskan untuk mengsugesti amalan-amalan dan mantra
ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak
membangun apa yang ada "di dalam", yakni kekuatan dari batin, jiwa,
sukma. Walaupun proses proses mereka itu juga menambah kekuatan sukma
mereka, tetapi tidak banyak. Karena adanya perbedaan pokok di atas
itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam
seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu olah
rasa ilmu kebathinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan
apakah keilmuan mereka benar merupakan ilmu batin / olah rasa ilmu
kebathinan.
Jika tidak memiliki amalan ilmunya, atau
tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa dengan amalan ilmunya,
orang-orang yang menekuni olah rasa ilmu kebathinan tetap dapat
meproseskan keilmuan gaib mereka dengan mengandalkan kemampuan
mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak),
dan orang-orang yang menjalani keilmuan tenaga dalam tetap dapat
menunjukkan kekuatan tenaga dalamnya. Sedangkan para praktisi ilmu gaib,
kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu dan mantra,
sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa mantranya seringkali mereka tidak
dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya
amalannya atau lupa bunyi mantranya). Namun praktisi ilmu gaib berkhodam
(dan yang memiliki khodam ilmu / pendamping), tanpa amalan ilmunya atau
lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan tergantung pada khodamnya
apakah khodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak
dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka
mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.
Masing-masing
amalan gaib dan mantra memiliki sifat dan latar belakang
sendiri-sendiri, apakah bersifat olah rasa ilmu kebathinan ataukah hanya
bersifat kekuatan mantra saja. Untuk lebih menjamin keampuhannya maka
dalam mengamalkan sebuah amalan gaib kita harus bisa menentukan apakah
harus murni menekankan kekuatan mengsugesti mantra / amalan gaib,
ataukah harus dengan mengsugesti olah rasa ilmu kebathinan kita sendiri
(menggerakkan kekuatan olah rasa ilmu kebathinan), ataukah amalan itu
harus langsung ditujukan kepada khodam ilmu / pendamping. Dalam
mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti
dalam meproseskannya : Yang pertama merupakan sugesti ilmu gaib dan ilmu
khodam. Dengan model pendekatan ini sugestinya ditekankan pada bentuk
dan bunyi amalan gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau
membacanya salah bunyinya, seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau
sekalipun ilmunya bekerja, biasanya tidak besar kegaibannya, apalagi
kalau lupa mantranya.
Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam
mendasarkan kekuatan ilmunya pada kemampuan mengsugesti amalan gaib dan
mantra, sehingga dalam membacakan amalan gaibnya tidak boleh salah, dan
tidak boleh lupa dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau
lupa mantranya ? ). (Karena fokusnya pada kemampuan mengsugesti amalan
gaib, seringkali kegaiban yang terjadi tidak diketahui darimana asalnya,
dari batinnya sendiri, dari khodam ilmu / pendamping, ataukah dari
mahluk halus lain yang datang (juga tidak tahu mahluk halus yang datang
itu apa, siapa, dan perwatakannya baik ataukah tidak). Yang dipentingkan
merupakan keampuhannya. Selama ilmunya itu bekerja, maka ilmunya itu
dan khodamnya akan dikatakan ampuh, begitu juga sebaliknya, jika ilmunya
tidak bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan tidak
ampuh). Yang kedua merupakan sugesti olah rasa ilmu kebathinan. Dengan
model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yakni ditujukan ke
dalam batin sendiri, kepada sukmanya sendiri, atau langsung ditujukan
kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan amalan
gaibnya.
Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan
kontak batin antara olah rasa ilmu kebathinannya dengan sosok-sosok
tersebut, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya salah atau salah
membaca amalannya, selama ia bisa bersugesti batin seperti itu, bisa
kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena
batinnya atau khodamnya mengerti maksud dan tujuan sugestinya. Dengan
sugesti olah rasa ilmu kebathinan, walaupun lupa bunyi amalannya, kita
tetap bisa menjalankan ilmunya dengan cara mengsugesti batin kita
sendiri, atau sambat saja kepada khodam ilmu / pendamping. (Dengan
cara-cara olah rasa ilmu kebathinan kita akan tahu sendiri kegaibannya
berasal darimana, apakah berasal dari sukma kita sendiri (roh pancer dan
sedulur papat), ataukah dari khodam ilmu / pendamping, khodam keris /
jimat, atau dari mahluk halus lain. Jika berasal dari mahluk halus lain
kita juga akan tahu apakah perwatakannya baik ataukah tidak). Amalan
keilmuan yang bersifat olah rasa ilmu kebathinan sebaiknya kita
proseskan dengan sugesti olah rasa ilmu kebathinan untuk mengsugesti
sukma kita (roh pancer dan sedulur papat) dan adanya kembangan-kembangan
dalam amalan gaibnya akan memperkaya sugesti olah rasa ilmu kebathinan
kita.
Amalan keilmuan yang berbahasa arab diproseskan
dengan sugesti ilmu gaib / khodam, tidak boleh salah membacanya, dan
tidak boleh lupa bacaan amalannya. Amalan keilmuan kejawen yang
bekerjanya menggunakan khodam, dalam membacakan amalannya sebaiknya
ditujukan langsung kepada khodamnya itu (atau kepada benda gaibnya).
Ilmu-ilmu dalam ilmu olah rasa ilmu kebathinan dapat sama dengan
ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. Bedanya merupakan pada sumber
kekuatan ilmunya. Kegaiban yang dihasilkan dalam ilmu olah rasa ilmu
kebathinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dengan
amalan-amalan, doa dan mantra sebagai sugesti yang menghasilkan kegaiban
ilmu-ilmu olah rasa ilmu kebathinan. Seandainya pun mereka memiliki
khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah
kekuatan ilmunya, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan olah
rasa ilmu kebathinannya.
Sedangkan kegaiban dari ilmu
gaib dan ilmu khodam terutama berasal dari kekuatan mengsugesti
amalan-amalan, doa dan mantra, atau kekuatan mengsugesti kegaiban khodam
ilmunya saja, bukan dari kekuatan olah rasa ilmu kebathinannya dan
tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dalam mengamalkan suatu amalan
ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada seseorang yang menganut
ilmu olah rasa ilmu kebathinan, setelah ilmu tersebut diturunkan
kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi
dan arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya
supaya sukmanya dapat meproseskan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu
tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan
penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Karena
bersifat olah rasa ilmu kebathinan, maka dalam mengamalkannya seseorang
harus menghayati isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan /
mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat meproseskannya sesuai yang
tersugesti dalam amalan ilmu tersebut.
Kekuatan ilmunya
tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya
dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki
merupakan kekuatan sukma dan penghayatan dan kemampuan sugesti untuk
menggerakkan sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja
sesuai penghayatan seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal
dengan bacaan mantra / amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu
dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan sukmanya dengan
ilmunya itu tidak melemah. Salah satu kelebihan dalam olah olah rasa
ilmu kebathinan merupakan adanya tahapan olah rasa dan sugesti, sehingga
seseorang yang sudah menguasai ilmu rasa dan sugesti, maka dia akan
dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan
sukmanya sesuai penghayatan pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal
dengan bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada
olah rasa, terutama ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan
ilmu gaib. Secara olah rasa ilmu kebathinan, seseorang tidak membutuhkan
banyak amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena
yang paling utama merupakan kemampuan sugesti dan pemahaman /
penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi
mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya.
Dia
juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari
ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu
baru, dia akan dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti
sukmanya, walaupun tidak memiliki khodam ilmunya. Untuk memperkuat
keilmuannya, secara olah rasa ilmu kebathinan orang tersebut harus
memperdalam penghayatan dan menguatkan kekuatan olah rasa ilmu
kebathinannya dan meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya
pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan
kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan olah
rasa ilmu kebathinannya. Untuk maksud itu para penganut olah rasa ilmu
kebathinan akan banyak meproseskan perenungan-perenungan, proses tirakat
dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata. Amalan tersebut di atas
(amalan ilmu yang sama), bila diproseskan oleh orang yang menganut ilmu
gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, orang
tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu
diamalkan, ilmu itu akan bekerja.
Orang tersebut tidak
mengandalkan kekuatan sukmanya, karena yang bekerja merupakan kekuatan
sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya, bukan sukmanya, dan tidak perlu
tahu arti kalimat-kalimat dalam amalannya, hanya perlu menghapalkannya
dan mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya
diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan (konsentrasi)
sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini penerapan ilmu
gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam penggunaannya
dibandingkan ilmu olah rasa ilmu kebathinan, tetapi pada saat
mempraktekkannya, orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra /
amalan ilmunya, tidak boleh lupa. Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu
khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang
yang memiliki kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima
transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan).
Bagi
yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum memiliki
kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya /
transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan
ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban
sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk
keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak
bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah
keilmuannya orang-orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan
mengkoleksi banyak amalan ilmu. Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan
dan penglaris dagangan. Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan
ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu
pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya bergantung pada
kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti
kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris
dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya).
Mereka
harus hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak
hapal bunyi mantranya ? ). Pada orang-orang yang menekuni olah rasa ilmu
kebathinan, mereka tidak perlu hafal dengan bunyi mantranya (kalau tahu
dan hafal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti
maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka
proseskan merupakan mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib
yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang yang menyebabkan
orang-orang suka kepadanya, suka datang ke tempat usahanya, mengobrol
dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5
meter, 10 meter, 100 meter, dsb (seperti penggunaan tenaga dalam murni).